Text Widget

Recent Posts

Download

Ads 468x60px

Social Icons

Arsip Blog

Minggu, 27 Oktober 2013

Pengembangan Penelitian Teknologi Pendidikan

Pendahuluan
            Selama ini penelitian bidang TEP dipandang sebagai suatu bidang yang kajiannya memfokuskan pada inovasi dan teknologi atau media yang berupa produk. Mengingat perhatiannya hanya pada bidang tersebut, penelitian TEP terasa kering dan kurang mendapat dukungan. Hal ini disebabkan oleh kurang dipahaminya metodologi penelitian yang digunakan terutama yang berkenaan dengan tipe atau model rancangan penelitian yang dipilih.

            Pada awal perkembangannya, bidang TEP ini memusatkan perhatiannya pada media, sehingga penelitian-penelitian yang dilakukan hanya berkisar pada media, mulai dari media sederhana hingga yang berbasis mesin, seperti radio, televisi, dan bentuk-bentuk teknologi baru. Pusat kajian para peneliti berkaitan dengan efektivitas penggunaan media pembelajaran. Seiring dengan perkembangan teori-teori belajar yang  diaplikasikan dalam pembelajaran, tolehan peneliti juga diarahkan pada teori-teori tersebut sebagai objek penelitian. Kemudian, bagaimana kaitan media dalam pembelajaran dan kaitan antara teori-teori tersebut dengan model atau rancangan pembelajaran.
            Selama ini menurut pengamatan penulis, hasil-hasil penelitian dalam bidang TEP baik yang dilakukan oleh para peneliti dan praktisi dan termasuk mahasiswa baik jenjang S2 dan S3 masih berada pada tataran desain dan pengembangan (jika dilihat dari kacamata domain TEP 1994). Metodologi penelitian yang diterapkan belum sepenuhnya mengoptimalkan tipe kategori metode penelitian yang ada. Wawasan para teknolog pembelajaran dalam bidang penelitian TEP sudah saatnya berkembang ke arah wariasi tipe metodologi yang lebih luas. Itulah sebabnya, diskusi pada kesempatan ini perlu lebih diarahkan pada kecenderungan penelitian bidang TEP di masa yang akan datang, agar bidang garapan penelitian semakin kaya dan berkembang.

Perubahan Paradigma TEP
            Sebagaimana dikemukakan di atas, bidang garapan TEP masih berkisar pada produk media dan kaitannya dengan teori-teori belajar. Setidaknya penelitian-penelitian tentang perbandingan media  yang sangat banyak dilakukan telah berkembang sejalan dengan aplikasi teori behavioristik, kemudian merambah ke arah perspektif media dan kognitif dan terakhir ke paradigma konstruktivistik. Perubahan paradigmatik ini telah memberikan warna dalam bidang penelitian TEP ke depan.
Paradigma TEP 1977, telah member warna kajian TEP sebagai bidang garapan teori, praktek, kelembagaan dan sumber belajar. Teknologi pendidikan adalah sebuah proses yang kompleks, terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi, untuk menganalisis masalah dan merencanakan, mengimplementasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam yang melibatkan seluruh aspek belajar manusia (AECT, 1977). Konsepsi ini telah memberikan kontribusi dalam bidang TEP.
            Perubahan kemudian terjadi ketika paradigma TEP tahun 1994, yang mendefinisikan teknologi pembelajaran sebagai  teori dan praktek merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan mengevaluasi proses-proses dan sumber-sumber untuk belajar (Seels & Richey, 1994). Secara lebih lengkap kawasan atau domain yang mengkaitkan antara teori dan riset dalam TEP sebagaimana diperlihatkan pada bagan 1.

Permasalahan dalam Penelitian TEP
            Perhatian terhadap permasalahan penelitian dalam bidang TEP telah mengundang para ilmuwan dan teknolog pembelajaran beberapa dekade, tetapi permasalahan tersebut masih terus muncul. Reeves (2000) mengidentifikasi ada tiga masalah penting dalam penelitian TEP. Ketiga masalah itu sebagai berikut. Pertama, masih adanya kesalahpahaman diantara para teknolog pembelajaran tentang perbedaan antara penelitian dasar dan terapan (basic and applied research). Kedua, kualitas hasil penelitian dalam bidang TEP yang ada pada umumnya masih belum begitu banyak. Ketiga, sintesis hasil-hasil penelitian dalam bidang TEP, misalnya kajian literatur dan meta-analisis masih belum memberikan informasi yang kurang memadai kepada para praktisi.


Penelitian dasar dan terapan
            Sebagian besar para teknolog pembelajaran, seperti hal para pendidik pada umum, masih menganut pandangan tradisional tentang dikotomi penelitian dasar dan terapan. Penelitian dasar, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mengembangkan atau memperdalam bidang ilmu tersebut. Penelitian terapan adalah penelitian yang diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual yang dihadapi oleh seseorang individu, kelompok, atau lembaga pada umumnya. Para peneliti termasuk teknolog nampaknya masih berkomitmen terhadap penelitian dasar, tanpa memperhatikan apakah penelitian itu memiliki nilai praktis, dan mungkin karena mereka masih memandang bahwa penelitian dasar kelihatan lebih ilmiah. Atau, mereka (para peneliti/teknolog pembelajaran) berkeyakinan bahwa peran seseorang adalah untuk menjelaskan bagaimana menerapkan temuan-temuan penelitian dasar. Namun demikian, sebagian para peneliti dan teknolog pembelajaran lain berpandangan bahwa nilai penelitian dasar masih terbatas dan perlunya memiliki arah serta implikasi yang jelas.
            Bila direnungkan lebih dalam, penelitian dasar dan terapan ini memang sangat dikotomis. Artinya kedua penelitian itu secara terpisah memiliki tujuan masing-masing, tanpa melihat bagaimana apabila kedua penelitian itu dipertemukan. Oleh karenanya, Stokes (1997) dalam bukunya berjudul, “ Pasteur” Quadrant: Basic Science and Technological Innovation, “ menyajikan dalam bentuk suatu matriks penelitian. Dalam hal ini suatu agenda penelitian diletakkan dalam matriks tersebut tergantung apakah peneliti berupaya mencari pemahaman mendasar (fundamental) atau tidak, dan juga sebaliknya, apakah peneliti memiliki perhatian pada penggunaan praktis hasil-hasil penelitian penelitian atau tidak. 

hasil penelitian Bohr (ahli fisika), berusaha menemukan pengetahuan murni tentang struktur atom tanpa memperhatikan penerapan praktisnya. Yang dipentingkan dalam penelitian ini adalah pengembangan untuk bidang ilmu tersebut. Pada kuadrant 2, Louis Pasteur, berupaya menemukan pengetahuan dasar dalam konteks untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Penelitian yang dilakukan oleh Pasteur inidisebut sebagai, “use-inspired basic research.” Selanjutnya, Stokes menyatakan bahwa dalam ilmu pengetahuan kontemporer, perkembangan teknologi baru seringkali memungkinkan kemajuan tipe penelitian baru. Misalnya, pengembangan komputer dan perangkat lunak analisis data yang canggih mengarah pada perkembangan model komputasi sebagai suatu pendekatan yang dapat dilakukan terhadap penelitian ilmiah. Kuadran 3, memperlihatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thomas Edison, berupaya untuk menemukan masalah-masalah praktis melalui pengembangan teknologi inovatif. Pada kuadran 4, yaitu kuadran kosong, menurut Stokes penelitian diarahkan pada apakah untuk keperluan memperdalam pengetahuan atau tidak mempertimbangkan kegunaannya, maka kuadran ini dapat diisi penelitian yang dilakukan oleh para teknolog pembelajaran atau penelitian pendidikan lainnya.   

Kualitas Penelitian Teknologi Pembelajaran
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian peneliti TEP ada yang mengdopsi metodologi penelitian kualitatif atau gabungan antara kuantitatif dan kualitatif, tetapi pendekatan kuantitatif masih lebih mendominasi kajian penelitian (Reeves, 1995). Secara umum penelitian dalam bidang TEP masih lebih berorientasi pada olah angka (kuantitatif) daripada olah kata (kualitatif). Penelitian tentang pengukuran efektivitas menjadi penciri.pendekatan kuantitatif masih lebih banyak dijumpai dalam penelitian TEP. Misalnya, penelitian eksperimen yang mencoba membandingkan antara kelompok subjek yang dibelajarkan melalui bantuan komputer dan kelompok subjek yang dibelajarkan tanpa bantuan komputer. Dari sisi hasil diperoleh bahwa kelompok subjek yang dibelajarkan melalui komputer lebih unggul dalam kemampuan menyelesaikan tugas. Namun demikian, peneliti tidak dapat memberikan penjelasan lebih jauh mengapa mereka lebih unggul. Penelitian seperti ini lebih bersifat superfacial, artinya peneliti lebih melihat hal yang nampak dan dapat diukur perubahannya dan tidak melihat lebih jauh fenomena mendasar tentang akar permasalahan penelitian. Ini akhirnya menjadi titik lemah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif hanya mampu menjelaskan hal-hal yang nampak dan dapat diamati atau diukur. Penelitian seperti ini lebih bersifat superfacial, artinya peneliti lebih melihat hal yang nampak dan dapat diukur perubahannya dan tidak melihat lebih jauh fenomena mendasar tentang akar permasalahan penelitian. Ini akhirnya menjadi titik lemah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif hanya mampu menjelaskan hal-hal yang nampak dan dapat diamati atau diukur.Penelitian kualitatif telah berhasil “mendalami” persoalan sekaligus mampu menawarkan solusi atas kasus tertentu.

            Sintesis Penelitian yang Masih Lemah
            Penelitian sejenis dalam bidang TEP masih relatif sedikit. Ini berbeda dengan penelitian-penelitian bidang lainnya seperti dalam psikologi, dalam bidang pengukuran, dalam bidang eksakta dan sebagainya. Penelitian dalam bidang TEP juga memperlihatkan saling pisah. Artinya, penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para teknolog pembelajaran tidak saling berhubungan satu sama lain. Sebagai gambaran, selama ini masih belum ada data berapa banyak penelitian sejenis yang dilakukan oleh para mahasiswa pascasarjana TEP UM. Hasil penelitian yang dikompilasi masih sulit dijadikan pijakan untuk memperkuat dukungan teori tertentu karena antara penelitian yang satu dengan yang lain tidak saling berkaitan. Inilah salah satu penyebab lemahnya penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa. Apabila dilakukan meta-analisis terhadap hasil penelitian tertentu belum memadai.
           
Metode Penelitian TEP
            Metode penelitian dibedakan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, metode dipilah menjadi metode kuantitatif dan kualitatif. Dengan demikian, seseorang peneliti yang mengidentifikasi dirinya sebagai peneliti kuantitatif atau kualitatif adalah salah kaprah. Metode penelitian hanyalah sebuah alat, dan alat tersebut harus dipilih sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang jelas. Secara garis besar, pengelompokan metode penelitian dibedakan menurut kategori tipe metode penelitian, yang disebut taksonomi, menjadi enam kategori. Keenam kategori tersebut sebagai berikut.




Kategori


Deskripsi
Kuantitatif
Eksperimen, kuasi eksperimen, korelasional, dan metode-metode lain yang mencakup pengumpulan data kuantitatif dan cara analisisnya menggunakan statistik: analisis varian, uji t, regresi, dan sebagainya. Misal, uji t  untuk menguji apakah hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui multimedia berbeda dengan yang belajar melalui bukuteks.
Kualitatif
Observasi, studi kasus, wawancara, dan metode-metode lain yang melibatkan pengumpulan data secara kualitatif dan cara analisisnya menggunakan eksplanasi data. Misalnya, untuk mengetahui secara mendalam apakah siswa yang belajar melalui web benar-benar memperoleh manfaat yang besar.
Teori Kritik
Dekonstruksi atau uraian dengan teks atau teknologi dan system yang menyajikannya melalui penelusuran oposisi berpasangan, agenda tersembunyi. Misalnya, analisis kritis tentang …..
Historis
Rekonstruksi objektif dan akurat masa lalu, sering berkaitan dengan dipertahankannya suatu hipotesis. Misalnya, bahwa pengalaman belajar masa lalu memberikan kontribusi bagi pembentukan kepribadian anak.
Kajian Literatur
Berbagai bentuk atau format sintesis penelitian yang mencakup analisis dan integrasi bentuk penelitian lain, misalnya menghitung frekuensi dan meta-analisis
Metode gabungan
Pendekatan-pendekatan penelitian yang menggabungkan metode-metode yang biasanya kuantitatif dan kualitatif. Untuk melakukan triangulasi temuan-temuan. Misalnya, rancangan prates, pasca tes diintegrasikan dengan hasil observasi.
                                                                                                             
Bagan 3: Kategori Metode Penelitian yang Dipakai oleh Teknolog


Penelitian Pengembangan sebagai “Use-Inspired Basic Research” dalam TEP
            Selama ini penekanan-penekanan bidang penelitian banyak dilakukan pada domain desain, pengembangan atau implementasi. Dalam domain desain, judul penelitian berlabel seperti  “Pengaruh Metode/Strategi X  terhadap Y …”, dalam domain pengembangan, penelitian berlabel, “ Pengembangan Model……“ “ Pengembangan Media/Teknologi…..” dalam domain implementasi penelitian berjudul seperti, “Penerapan…….,” dan sebagainya. 
            Berkenaan dengan penelitian pengembangan, apabila dikaitkan dengan penelitian dasar dan terapan, pertanyaannya terletak dimana penelitian bidang TEP ini? Sisi-sisi lain, memang penelitian yang telah dilakukan lebih pada bidang terapan karena berkaitan dengan kepentingan pemecahan praktis. Khusus penelitian pengembangan agak berbeda. Untuk penelitian pengembangan, Stokes (1997) menyebutnya sebagai, “use-inspired basic research,” bukannya sebagai, “pure basic,” tau, “ applied research.”  Istilah, “use-inspired basic research,“ bagi TEP adalah nama atau label lain dari, “development research,” (van den Akker, 1999), atau disebut sebagai, “design experiment,” (Brown, 1992; Collins, 1990; Reeves, 2000) dan “formative research,” (Newman, 1990). Penelitian tindakan, atau penelitian tindakan kelas (action research) menurut penulis bisa dikategorikan ke dalam istilah tersebut karena peneliti berupaya  merancang atau mengembangkan sesuatu dan dimaksudkan untuk keperluan praktis. 
van den Akker (1999) menyatakan bahwa metode penelitian pengembangan tidak perlu dibedakan dengan metode-metode penelitian lainnya. Walapun demikian, tentu, ada perbedaan mendasar antara kerangka filosofis dan tujuannya. 

            Keberhasilan penelitian pengembangan dapat tersujud manakala para  peneliti melibatkan sepenuhnya seluruh sumber daya (unsur) yang ingin diajak berkolaborasi. Oleh sebab itu, para peneliti (teknolog pembelajaran) yang akan melakukan penelitian pengembangan menurut Reeves (2000) perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
  1. Fokuskan pada masalah-masalah penting yang berkaitan dengan belajar dan unjuk kerja subjek didik;
  2. Libatkan guru, subjek didik, dan sejawat untuk berkolaborasi dalam agenda penelitian;
  3. Rancang pemecahan dengan menggunakan prototipe teknologi secara cermat sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran, metode, dan asesmen;
  4. Jelaskan prinsip-prinsip rancangan secara praktis berdasarkan teoritis yang mendasari prototipe pemecahan  teknologis, dan lakukan kajian-kajian secara cermat/teliti berdasarkan prinsip-prinsip, asumsi yang mendasarinya, implementasinya, dan hasil dalam latar nyata;
  5. Lakukan secara bersama-sama hasil-hasil eksperimen rancangan dengan berbagai cara, yang mencakup publikasi, masukkan halaman web, forum pertemuan, dan lokakarya-lokakarya; dan
  6. Kerja keras untuk itu sangat diharapkan, sabar, tekun dan hadapi segala tantangan dan mungkin reward berupa jenjang karir sebagai peneliti yang diabdikan untuk memberikan kontribusi demi sesuatu yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar